NOVE CINTA
HITAM-PUTIH
Rambut hitam lembut
terurai, wajah bundar dihiasi senyuman
yang manis dan tersipu malu menghiasi pemandangan Ku di hari minggu waktu itu. Keduah
pipihKu mengembang seakan menutupi rasa malu Ku, hendak Ku berlari pulang untuk
menata ulang penampilan Ku namun itu tidak dapat Ku lakukan lagi karena kini
langkahKu telah menghantar Ku ke hadapanNya. Risauh hati dan bingung, apa yang
harus Ku katakan ? dan dari manakah harus Aku memulainya?
Aku terdiam menatap ke sekeliling Ku, semua
tatapan tertuju pada Ku dengan senyuman-senyuman yang seakan mengharapkan
sesuatu tuk Aku lakukan. Kupalingkan kepalahKu dan menatap Ia yang duduk, dan
dengan tangan kananNya mencoba tuk menyembunyikan senyumanNya dan wajahNya yang
tersipu malu serta menunggu apa yang akan Ku katakan dan Aku lakukan !!!
Ku hampiri Ia
secara perlahan dan mencoba tuk menghilangkan suasana sekitarnya yang seakan
mengoyak keberanianKu. Dan dengan
perlahan ku rentangkan jari-jemari ku dan mulai menawarkan maksud keberadaan Ku
di tempat itu. Dengan ramah tangan lembutNya pun menyambut akhirnya kedua
tangan saling menggegam, dengan lembut dan samar sebuah namapun terucap dari
bibirNya yang munggil.
Selvi....! (alias)
Dan Aku pun membalasNya.
Peter... !(alias)
Jantungku berdebar kencang dan tak karuan.
Inginnya aku berteriak sekeras mungkin tuk melepaskan semua yang ada dalam hati
ini namun itu tak mungkin tuk aku lakukan. Perbincangan singkat antara kamipun
terjadi sehingga kesepakatan akan
waktupun mulai terencana.
just for you forever |
Penantian ku yang begiitu panjang akhirnya
terbayar juga, tibalah hari yang ku tunggu. Tepat pukul 9 pagi lebih dengan penuh percaya diri
kudatangi tempat dimana Ia tinggal saat itu. Penuh rasa harap semoga saja hari
yang telah menjadi hari kesepakatan kami ini tidak dihalangi oleh beberapa hal
yang tidak ku inginkan.
Dengan menggunakan sepeda motor ku datangi
tempatNya, begitu sesampainya aku ke tempatnya mata ku langsung tertuju kepada
beberapa wanita yang sebaya selvi yang
juga teman sekolahnya dudk berderet sepanjang teras rumah toko yang letaknya
tepat didepan tempat tinggal Selvi.
Jantung berdetak kencang, dengan sedikit wajah garang ku coba tuk menyembunyikan
rasa gugup ku.
Semoga saja ini semua bukan jebakan buat aku ! guman ku dalam hati.
Dengan sengaja ku hentikan sepeda motor ku
sedikit jauh dari halaman tempat tinggal Selvi
dan menunggu dengan penuh harap semoga saja dengan cepat Selvi datang menghampiri ku, jujur aku sudah tak
tahan lagi dengan situasi dan pandangan yang menatap ku curiga, beberapa dari
mereka mulai menyebut dan memanggil.
Selvi da yang
datang............!!! kata salah satu temanNya
yang lagi duduk di teras rumah toko tersebut.
Ketika ku melihat ke arah tempat tinggal Selvi seorang wanita mengenakan baju
kaos leher bundar berwarna coklat dan
celana jeans ketat berwarna biru pudar sampai lutut melengkapi penamplanNya,
siapa lagi Dia kl bukan Selvi yang
kutunggu, dandanan sederhana namun perfetch membuat ku bangga, Dia bukan lagi
sekedar wanita yang melewati pemandangan ku dan sebatas kukagumi saja, namun
sekarang dia sudah menjadi milik ku (“dalam hubungan pacaran”).
Hehehehe......... akhirnya kudapati Dia, semoga saja Ia tidak
berda dalam daftar para pria yang berada disekitarNya. Kata ku dalam hati.
Wangi parfum wanita mulai terasa semaikin
dekat, tak lama terdengar suara menyapa.
sudah lama menunggu.......?
TanyaNya pada ku.
Hmmm...... tidak juga .
jawab ku berusaha menyembunyikannya.
Akhirnya kamipin menempuh perjalanan menuju
tempat yang telah direncanakan. Beberapa kali terjadi percakapan diantara kami
mencoba tuk menghilangkan kesunyian antara kami dalam perjalanan itu.
Tak lama kemudian
sekitar tiga perempat jam tiba juga kami di tempat yang kami tuju. Suara
dentuman ombah di karang mulai terdengar. Deretan tanaman bakau di sepanjang
pinggiran pantai menghiasi pemandangan kami. Mata kupun mulai mencari tempat
yang sesuai dan jauh dari suasana yang mengusik. Akhirnya beberapa gumpalan
besar batu karang yang berada dibawa teduhnya pohon bakau menjadi tempat
pilihan ku. Sambil bergandengan tangan kamipun
menuju tempat tersebut. Akar pohon bakau yang kering menjadi alas duduk
kami.
Tangannya yang munggil dan lembut berada dalam
gengaman tanganku, ku coba tuk memainkan jari-jemarinya dengan tanganku tuk
mengisi waktu yang hening. Ku lepaskan pandangan mata ku jauh ketengah lautan.
Sambil menarik napas panjang dengan perlahan ku lepaskan. Hatiku ku bertanya :
Apa yang harus aku katakan....?
Apakah ku harus menunggu kata yang terucap dari bibirNya?
Ku palingkan pandanganku tuk mencoba
menatapNya, beberapa helai rambutnya bersiraman ke keningNya, dan pandangan
mata Nya pun seakan mengakatakan kepada ku
Apakah kita harus terus berdiam diri seperti ini?
Tangan kananku dengan lembut merangkulNya, dan
membiarkan kepalaNya berbaring dalam pelukanKu, dan tangan kiri ku pun terus
memainkan jari jemari tanganNya yang lembut. kamipun saling melontarkan
pertanyaan dalam beberapa menit. Dan tak lama situasi heningpun kembali.
sambil menatapNya kucoba tuk merapikan helai
rambutnya yang kusut akibat angin laut yang keras. Terasa di tangan ku kulit
wajahnya yang lembut, kucoba tuk menatap kedua bola matanya namun pandanganNya
menghindar dari ku. Dengan perlahan ku dekatai wajahku dan merasakan hangatnya
kulit wajahnya, hingga akhirnya dia membiarkan lembut bibirNya berada dalam
lumatan Ku. Kemesraan kamipun mengisi waktu kami yang tersisa.